Kali ini kita akan sedikit share tentang sejarah dan perkembangan
keperawatan di Indonesia setelah kemerdekaan. Secara umum, sejarah dan
perkembangan keperawatan di Indonesia dapat kita kelompokkan dalam beberapa
periode.
Sejarah Dan Perkembangan Keperawatan Di Indonesia (Setelah
Kemerdekaan)
Masa
Setelah Kemerdekaan
Setelah
bangsa Indonesia memproklamasikan diri sebagai bangsa yang merdeka, sejarah dan
perkembangan keperawatan di Indonesia dapat di kelompokkan dalam beberapa
rentangan waktu, yaitu:
a.
Periode
Awal Kemerdekaan 1945-1950
Tahun
1945-1950 merupakan periode awal kemerdekaan dan merupakan masa transisi
Pemerintah Republik Indonesia sehingga dapat dimaklumi jika masa ini boleh
dikatakan tidak ada perkembangan seputar keperawatan di Indonesia. Demikian
pula tenaga perawat yang digunakan di unit-unit pelayanan keperawatan adalah
tenaga yang ada, pendidikan tenaga keperawatan masih meneruskan sistem
pendidikan yang telah ada (lulusan pendidikan “Perawat” Pemerintah Belanda).
Pendidikan
keperawatan dari awal kemerdekaan sampai tahun 1950 masih berpola pada
pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah Hindia Belanda. Sebagai contoh,
sampai dengan tahun 1950 pendidikan tenaga keperawatan dengan menggunakan dasar
pendidikan umum Mulo dapat ditempuh sekitar 3 tahun untuk mendapatkan ijazah A
(perawat umum) dan ijazah B untuk perawat jiwa. Selain itu, ada juga pendidikan
perawat dengan dasar sekolah rakyat dapat ditempuh sekitar 4 tahun pendidikan
yang lulusannya biasa disebut dengan istilah mantri juru rawat.
b.
Periode
tahun 1951-1960
Pada
tahun 1953, mulai dibuka sekolah pengatur rawat di Indonesia. Pendirian sekolah
pengatur perawat ini bertujuan untuk menghasilkan tenaga keperawatan yang lebih
berkualitas dibanding sebelumnya. Namun, pendidikan dasar umum tetap SMP yang
setara dengan Mulo dengan lama pendidikan sekitar tiga tahun. Pendidikan ini
dibuka di tiga daerah yaitu berada di: Jakarta, Bandung dan Surabaya. Sekolah
Pendidikan Perawat yang ada di Jakarta dan Surabaya berada dalam institusi
rumah sakit, sedangkan yang di daerah Bandung tidak.
Tahun
1955 di buka Sekolah Djuru Kesehatan (SDK) di Indonesia. Sekolah Djuru
Kesehatan ini dengan pendidikan dasar umum sekolah rakyat ditambah pendidikan
satu tahun dan Sekolah Pengamat Kesehatan yaitu sebagai pengembangan SDK
ditambah pendidikan satu tahun. Ditinjau dari aspek pengembangannya sampai
dengan tahun 1955 ini tampak pengembangan keperawatan tidak berpola, baik
tatanan pendidikannya maupun pola ketenagaan yang diharapkan.
c.
Periode
tahun 1961-1980
Tahun
1962 dibuka Akademi Keperawatan, yaitu pendidikan tenaga keperawatan dengan
dasar pendidikan umum SMA di Jakarta, di RSUP Cipto Mangunkusumo yang sekarang
kita kenal sebagai Poltekkes Jurusan Keperawatan Jakarta yang berada di Jalan
Kimia No. 17 Jakarta Pusat.
Dahulu,
sudah ada keinginan bahwa pendidikan tenaga perawat berada pada pendidikan
tinggi, namun konsep-konsep pendidikan tinggi masih belum tampak. Hal ini dapat
ditinjau dari kelembagaannya yang berada dalam organisasi rumah sakit. Contohnya:
kegiatan institusi belum mencerminkan konsep pendidikan tinggi yaitu
kemandirian dan pelaksanaan fungsi perguruan tinggi atau yang biasa disebut dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Selain
itu, Akademi Keperawatan tidak berada dalam sistem pendidikan tinggi nasional. Namun,
Akademi Keperawatan berada dalam struktur organisasi institusi pelayanan
kesehatan yaitu rumah sakit. Demikian juga penerapan kurikulumnya yang masih
berorientasi pada keterampilan tindakan dan belum dikenalkannya konsep-konsep
keperawatan.
Pada
periode ini, tempat tenaga lulusan Akademi Keperawatan mulai banyak diminati
oleh rumah sakit-rumah sakit, khususnya rumah sakit besar.
d.
Periode
tahun 1981-sekarang
Sejak
adanya kesepakatan pada lokakarya nasional pada Januari 1983 tentang pengakuan
dan diterimanya keperawatan sebagai suatu profesi, dan pendidikannya berada
pada pendidikan tinggi, telah terjadi perubahan
mendasar dalam pandangan tentang pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan
bukan lagi menekankan pada penguasaan keterampilan, tetapi lebih pada
penumbuhan, pembinaan sikap dan keterampilan profesional keperawatan, disertai
dengan landasan ilmu pengetahuan khususnya ilmu keperawatan.
Tahun
1983 merupakan tahun kebangkitan profesi keperawatan di Indonesia, sebagai
perwujudan loka karya tersebut. Pada tahun 1984 mulai diberlakukan kurikulum
nasional untuk Diploma III Keperawatan. Dari sinilah awal pengembangan profesi
keperawatan Indonesia, yang sampai saat ini masih perlu perjuangan, karena
keperawatan di Indonesia sudah diakui sebagai suatu profesi maka pelayanan atau
asuhan keperawatan yang diberikan harus didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan.
Tahun
1985, adalah sejarah pertama kalinya dibuka Program Studi Ilmu Keperawatan di
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan kurikulum pendidikan tenaga
keperawatan jenjang S1 juga disahkan.
Pada
tahun 1992 merupakan tahun penting bagi profesi keperawatan, karena pada tahun tersebut
secara hukum keberadaan tenaga keperawatan sebagai profesi diakui dalam
undang-undang. Undang-undang yang mengakui keberadaan tenaga keperawatan
sebagai profesi yaitu yang dikenal dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan dan Peraturan Pemerintah dan
Undang-undang No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan sebagai
penjabarannya.
Pada
Tahun 1995 dibuka lagi Program Studi Keperawatan di Indonesia, tepatnya di
Universitas Padjajaran Bandung dan pada tahun yang sama Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia berubah menjadi Fakultas Keperawatan.
Hal
ini sejalan dengan tuntutan UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, terutama
pada pasal 32 ayat 3 dan 4 yang berbunyi :
- UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 32 Ayat 3:
“Dikutip dari UU No 23 Tahun 1992 Pasal 32 Ayat 3, Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan atau cara lain yang dapat dipertanggungjawabkan.”
- UU Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Pasal 32 Ayat 4:
“Dikutip dari UU No 23 Tahun 1992 Pasal 32 Ayat 4, Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan.”
Pada Tahun 1998, mulai dibuka
kembali program Keperawatan yang ketiga yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan di
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Pada tahun yang sama, kurikulum Ners juga
disahkan dan digunakannya kurikulum ini merupakan hasil pembaharuan kurikulum
S1 Keperawatan tahun 1985.
Tahun 1999 Program S1
kembali dibuka, yaitu Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) di Universitas
Airlangga Surabaya, PSIK di Universitas Brawijaya Malang, PSIK di Universitas
Hasanuddin Ujung Pandang, PSIK di Universitas Sumatera Utara, PSIK di
Universitas Diponegoro Jawa Tengah, PSIK di Universitas Andalas, dan dengan SK
Mendikbud No. 129/D/0/1999 dibuka juga Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan (STIK)
di St. Carolus Jakarta.
Pada tahun ini juga (1999) kurikulum DIII Keperwatan selesai diperbaharui dan mulai didesiminasikan serta diberlakukan secara nasional. Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes Nomor 647 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara professional.
Pada tahun ini juga (1999) kurikulum DIII Keperwatan selesai diperbaharui dan mulai didesiminasikan serta diberlakukan secara nasional. Tahun 2000 diterbitkan SK Menkes Nomor 647 tentang Registrasi dan Praktik Perawat sebagai regulasi praktik keperawatan sekaligus kekuatan hukum bagi tenaga perawat dalam menjalankan praktik keperawatan secara professional.
Hingga saat ini telah dibuka
program Studi Ilmu Keperawatan diberbagai daerah dan tersebar dari sabang
sampai merauke. Seperti itulah sejarah dan perkembangan Keperawatan di
Indonesia setelah masa kemerdekaan. Lalu seperti apakah sejarah keperawatan di Indonesia sebelum kemerdekaan? klik di sini.
Penulis: Deby Kurniadi
Comments
Post a Comment