Kali
ini PakMantri akan membahas tentang macam-macam tes HIV dan AIDS. Ada beberapa tes laboratorium
untuk mengetahui seseorang positif HIV apa tidak, antara lain: Tes ELISA,
Western Blot, Tes Jumlah CD4, Tes PCR dan Tes Ab-Ag. Seperti apakah
penjelasannya?
Mengenal Macam Tes
HIV dan AIDS
Tes
laboratorium berikut digunakan untuk mendiagnosis human immunodeficiency virus
(HIV), yang merupakan penyebab didapatnya penyakit Acquired Immunodeficiency Syndrome
(AIDS). Tes umum yang digunakan untuk mendeteksi HIV yaitu: Tes ELISA, Western blot, dan Immunofluorescence
Assay (IFA).
Tes
ELISA
ELISA
merupakan singkatan dari Enzyme-linked Immunosorbent Assay, ada juga yang
menyebutnya dengan istilah Enzym Immunoassay (EIA). Tes ini digunakan untuk
mendeteksi keberadaan antibodi atau antigen dalam sampel darah. Singkatnya,
dengan cara meningkatkan antigen dengan antibodi spesifik yang di tempelkan
pada permukaan ELISA plate. Antibodi yang terikat dengan Enzim akan bereaksi
dan berubah warna. Jika tes ELISA baru dilakukan sekali namun hasilnya positif
(bereaksi berubah warna) maka tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis HIV dan
harus diulang dengan sampel darah yang sama. Jika hasilnya tetap positif, maka tes
bisa dilanjutkan dengan menggunakan Western blot atau IFA.
Western
Blot
Metode
tes ini adalah untuk mendeteksi protein pada sampel jaringan. Tes Western Blod
dilakukan dengan cara memisahkan protein antibody yang diekstrak dari sampel
sel darah. Hasil tes Western Blot positif dianggap sebagai positif HIV. Namun jika
hasil tes ELISA positif tetapi Western Blot negatif maka tidak boleh dianggap
negatif HIV, harus dilakukan pengujian ulang dalam 3 hingga 6 bulan. Karena pada
tahap awal infeksi HIV seringkali tidak dapat terdeteksi, untuk lebih jelasnya
mengenai tahapan terinfeksi HIV klik di sini. Saat ini tes Western Blot sudah
jarang digunakan.
Immunofluorescene
Assay (IFA)
Tes IFA
dilakukan untuk mengidentifikasi keberadaan antibody HIV dengan menggunakan
pewarna fluoresens. Pengamatan tes IFA dilakukan dengan menggunakan bantuan
alat mikroskop beresolusi tinggi. Sama seperti Western Blot, tes ini digunakan
untuk mengkonfirmasi hasil dari tes ELISA. Jika tes ELISA positif dan Tes IFA
positif maka dianggap sebagai positif HIV. Namun, jika tes ELISA positif dan
tes IFA negatif maka tidak boleh dianggap sebagai negatif HIV, harus dilakukan
pengujian ulang dalam 3 hingga 6 bulan.
Menghitung
Jumlah sel CD4+
Menghitung
jumlah CD4+ sel T membantu Memantau perkembangan HIV. Ketika kondisinya
berkembang, biasanya jumlah sel T CD4+ menurun, yang mengakibatkan penurunan
kekebalan. Secara umum, sistem kekebalan tubuh tetap sehat dengan jumlah sel T
CD4+ lebih tinggi dari 500 sel / L. Masalah sistem kekebalan terjadi ketika
jumlah sel T CD4+ adalah antara 200 dan 499 sel / L. Masalah sistem kekebalan
yang parah terjadi ketika jumlah sel T CD4+ lebih rendah dari 200 sel / L.
Nilai
Lab Normal untuk sel T CD4+ :
Normal = 500 hingga 1600 sel / L.
Normal = 500 hingga 1600 sel / L.
Parah = Kurang dari 200 sel / L
Perbandingan
CD4 dengan CD8 adalah 2 : 1
Masalah
yang akan terjadi jika jumlah CD4+ Sel T tidak normal:
Penurunan Jumlah CD4+ Sel T
|
Peningkatan Jumlah CD4+ Sel T
|
|
|
Tes
PCR
PCR singkatan
dari Polymerase Chain Reaction yang digunakan
untuk mendeteksi RNA atau DNA HIV dalam sampel darah. Tes PCR dilakukan
menggunakan reaksi enzim dengan cara memperbanyak DNA. Tes PCR bisa dilakukan
ketika hasil tes antibodi (Tes ELISA, Western Blot, IFA) hasilnya diragukan.
Tes Ab-Ag
Tes
HIV lainnya adalah tes kombinasi antobodi-antigen (Ab-Ag Test). Tes ini
bertujuan untuk mendeteksi antigen HIV (p24 dan antibodi HIV-1/HIV-2). Keberadaan
virus HIV dapat diketahui dengan cara mengidentifikasi p24. Butuh sekitar 2
sampai 6 minggu untuk memproduksi antigen dan antibodi tubuh sebagai respon
terhadap infeksi HIIV.
Seperti
itulah beberapa tes untuk mengidentifikasi seseorang apakah terinfeksi HIV dan
AIDS. Tetap jaga kondisi tubuh dan lakukan pola hidup sehat. Jauhi penyakitnya
bukan orangnya!
Penulis:
Deby Kurniadi
Comments
Post a Comment